Siapa yang tak pernah belajar sejarah? Nampaknya semua pasti pernah mengikuti pelajaran sejarah, apalagi bagi yang pernah mengenyam bangku sekolah. Ada pula orang yang belajar sendiri (otodidak)karena memang menyukai. Tapi yang ingin saya ulas adalah pelajaran sejarah di sekolah formal, seperti di SD dan sekolah menengah seperti SLTP dan SLTA.
Sejarah itu penting,semua orang pasti setuju. Bahkan mendiang presiden RI pertama, Bung Karno, memberi judul salah satu pidatonya:"Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" atau lebih dikenal dengan "Jas Merah". Ada juga tokoh yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Kalau memang penting, mengapa pelajaran sejarah tidak menjadi pelajaran yang disukai dan tidak menarik, bahkan kalau tidak tertidur murid lebih suka meninggalkan kelas alias bolos saat jam pelajaran sejarah?
Pelajaran sejarah seringkali terasa kering, karena fokusnya adalah menghafal nama, peristiwa dan tahun kejadiannya. Satu-satunya fakta sejarah yang masih saya ingat adalah Perang Diponegoro yang terjadi dari tahun 1825 sampai 1830. Selain tahun, tdak ada lagi yang saya ingat. Padahal sejarah perlawanan pahlawan kita ini yang berlangsung sampai lima tahun, tentunya memiliki berbagai dimensi yang kaya dan menarik seandainya diungkap dan dibahas di kelas.
Mengapa pelajaran sejarah seringkali (kebo) kering dan 'boring'? Berikut beberapa permasalahannya: Pertama, menurut sejarawan Taufik Abdullah pelajaran sejarah terlalu chronicle, artinya murid disuruh menghapal peristiwa. Kedua, sejarah yang diajarkan nampak seperti ceritera yang berdiri sendiri seakan tidak terkait dengan peristiwa lainnya (Antariksa, penggagas proyek sejarah komunitas di Jogyakarta). Ketiga, menurut Hamid Hasan, guru besar di UPI Bandung, pendidikan sejarah di sekolah nyaris tanpa nilai. Misalnya tidak ada ceritera mengapa Soekarno yang insinyur lulusan sekolah teknik tinggi tidak mencari saja pekerjaan dengan gaji tinggi dan hidup nyaman, tetapi lebih memilih masuk ke dalam organisasi pergerakan serta mengalami beberapa kali ditangkap dan diasingkan. Ini tidak dijelaskan, tidak diungkap bahkan tidak dibahas di ruang kelas.
Menurut hemat saya ada beberapa hal yang perlu dibenahi antara lain, (1). materi pelajaran sendiri perlu disempurnakan dan diperkaya, (2). pengajar juga harus memiliki pengetahuan yang cukup serta mampu membangun interes anak didik, (3). anak didik perlu dibiasakan untuk comprehension yaitu membaca, memahami dan menceriterakan kembali dengan versinya. (4). Last but not least, mengunjungi musium dan atau lokasi terjadinya peristiwa akan lebih meningkatkan apresiasi murid terhadap sejarah yang pada hakekatnya merupakan keterpautan dimensi waktu dulu, sekarang dan yang akan datang.(Boen)
Sumber:
1. Pengalaman bersekolah
2. Sejarah, Guru Kehidupan. Harian Kompas, Jumat 9 Juli 2010, hal 33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar