Selasa, 26 Juli 2011

FAO "TERNYATA" BUKAN UNTUK KITA

Setelah melalui proses panjang pencalonan Direktur Jenderal FAO, akhirnya sampai juga ke hari penentuan yaitu Pemilu Dirjen yang dinanti-nanti. Itu terjadi pada hari Selasa, 26 Juni 2011. Pada putaran pertama, kandidat Indonesia mendapat 13 suara, sementara Spanyol dan Brasil memperoleh angka di atas 70 suara, sementara Austria, Iran dan Irak mendapat suara lebih kecil dari perolehan Indonesia. Kenyataan ini membuat kubu Indonesia memutuskan untuk mundur dan mengalihkan suaranya untuk kandidat dari Brasil. Pada putaran kedua, Brasil menang tipis dari Spanyol, dengan demikian kandidat Dirjen dari Brasil, resmi menjadi Dirjen FAO yang baru yang akan memulai jabatannya pada bulan Januari 2012. Optimisme di kubu Indonesia ternyata tidak menjadi kenyataan. Lalu mengapa hal itu bisa terjadi?

KANDIDAT DAN KRITERIA FAO
Ada enam kandidat yang mengajukan diri sebagai calon Dirjen FAO, yaitu dari Indonesia, Iran, Iran, Brasil, Austria dan Spanyol. Latar belakang kandidat antara lain untuk Brasil, Austria dan Spanyol adalah mantan Menteri. Selainnya seperti Iran,Irak dan Indonesia adalah setingkat dirjen. Kandidat Indonesia adalah Eselon I yang masih aktif, sementara kandidat lainnya adalah para mantan pejabat. Berbeda dengan Indonesia, kandidat lainnya pada umumnya familiar dan pernah berasosiasi dengan FAO dan umumnya mereka secara langsung pernah berkiprah dalam kegiatan dibidang pertanian di negaranya masing-masing.

FAO adalah organisasi internasional yang sudah lama berdiri yang mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bidang pertanian secara umum bagi kemaslahatan anggota dan umat manusia secara umum. Pada saat ini lembaga ini merasakan perlunya melakukan reformasi internal agar lebih mampu merespon dinamika perkembangan dunia. Masalah kemiskinan dan pangan adalah dua topik besar yang akan selalu menjadi bisnis yang mereka tangani. Dari sisi ini, disamping kriteria yang dijadikan dasar formal pemilihan kandidat, saya lihat ada dua point besar yang dijadikan kriteria penting calon Dirjen baru. Pertama, kandidat tersebut tentu diharapkan memiliki kompetensi di bidang pertanian. Bukan terlalu latar belakang pendidikan pertanian yang nampaknya menjadi penting disini, akan tetapi lebih pada pengalaman dan 'success story' dalam menangani masalah-masalah pertanian.

Kedua, dalam organisasi lama yang sudah "established" selalu ada kecenderungan untuk mempertahankan status quo, kalaupun ada keinginan berubah tentu perubahan yang tidak akan merubah total organisasi tersebut. Oleh karena itu kecenderungan untuk memilih orang-orang yang dikenal oleh organisasi tersebut dan dikenal oleh orang-orang di dalam organisasi tersebut, nampaknya menjadi sangat kuat. Teori menghindar dari resiko "risks avoider" nampaknya menjadi semangat yang cukup kuat didalam arena pemilihan kandidat tersebut.

LANGKAH KEDEPAN YANG REALISTIS
Nampaknya kita perlu punya rencana jangka panjang untuk pengisian jabatan2 pada organisasi internasional tersebut. Kesan pendadakan harus sangat dihindari. Pemetaan kekuatan, pesaing dan posisi yang strategis untuk diisi sangat diperlukan.
Kedua, pengkaderan calon-calon perlu dilakukan, diperkuat dan dipantau. Program pengisian ini harus menjadi kebijakan nasional, sehingga penempatan kader pada posisi dimorganisasi internasional harus diperhitungkan sebagai penugasan yang masuk dalam kerangka jenjang karier kepegawaian. Penguatan kader, selain substansi dan managemen, juga kemampuan berbahasa asing perlu diperkaya. Kemampuan berbahasa Inggris saja tidaklah memadai, kader harus memilki kemampuan berbahasa internasional resmi lainnya, sekurang-kurangnya satu bahasa di luar Inggris, seperti Prancis, Spanyol, China, Arab dan Rusia.
Ketiga, pembimbingan dari senior sangat diperlukan. Kemampuan bernegosiasi melalui penugasan pada sidang-sidang internasional dengan pengawasan dan bimbingan diplomat dan para senior. Kegiatan pembimbingan perlu dikaukan untuk mematangkan kader-kader kita. Cara-cara Brasil menempa kader-kadernya perlu ditiru.
Keempat, koordinasi internal antar sektor perlu dibangun sehingga penjaringan calon dapat dilakukan secara optimal. Sektor melalui kegiatan pembinaan internal dapat menyiapkan kadernya yang kemudian dikonsultasikan dan dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri.
Kelima, penjajagan diplomasi melalui upaya pemnbinaan kerjasama jangka panjang perlu dilakukan untuk membangun rekan yang loyal. Penggalangan melalui Kelompok G-77 Plus China dan Jepang perlu dilakukan. Kerjasana selatan-selatan perlu dibangun. Dalam kasus pemilihan Dirjen FAO yang baru lalu, kita melihat betapa kuatnya pengaruh Brasil di Afrika, melalui berbagai bantuan dan kerjasama teknis yang dirancang sejak lama oleh pemerintah Brasil. Suara Afrika jelas masuk ke kandidat Brasil. Kita memiliki peluang untuk melakukan kerjasama dengan negara-negara Pacific melalui pendidikan dan bantuan teknis. Kehutanan saat ini memiliki kerjasama dengan Republik Timor Leste dan bukan mustahil kita bisa memperluas kerjasama ini dengan negara-negara PNG, Fiji, Vanuatu, Tonga, Samoa dan sebagainya. Masalahnya, apakah kita serius untuk memiliki program internasional yang lebih po aktif dan 'high profile'?