Rabu, 20 Oktober 2010

RUMITNYA LINGKUNGAN: ECO-FRIENDLY?

Masalah pencemaran lingkungan telah sejak lama menjadi perhatian banyak orang, baik para ahli, politikus maupun masyarakat dunia. Mungkin masalah tersebut semakin menjadi masalah bersama, diawali ketika dilakukan pertemuan puncak tentang lingkungan di Rio de Janiero tahun 1992 yang lebih dikenal sebagai KTT Bumi. Pencemaran yang diakibatkan oleh pembakaran energi fosil yang meningkat sejalan dengan meningkatnya pembangunan terutama di negara-negara maju telah mengakibatkan semakin menumpuknya gas rumah kaca di atmosfir yang pada gilirannya menyebabkan memanasnya rata-rata temperature di bumi.
Upaya perbaikan kondisi tersebut kemudian menjadi perbincangan para pimpinan Negara dan semua pihak yang memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan. Berbagai konvensi yang diigagas oleh Perserikatan Bangsa Bangsa seperti UNFF, UNFCCC, UNCBD dan UNCCD semua bertujuan memperbaiki kondisi satu bumi yang didiami oleh lebih dari 2 trilyun manusia.

PRODUK HIJAU
Kepedulian soal lingkungan tersebut ternayata telah mendorong perubahan perilaku konsumen yang menuntut agar setiap produk diproses melalui teknik yang ramah lingkungan. Di bidang kehutanan, khususnya perdagangan kayu di pasar internasional, menuntu agar kayu yang diekspor dihasilkan dari hutan yang dikelola secara lestari. Pengelolaan hutan lestari tersebut kemudian dicerminkan dalam bentuk sertifikat pengelolaan hutan lestari, sertifikat ekolabel. Sertifikat ini dikeluarkan oleh lembaga independen yang kredibel seperti FSC, SmartWoods pada level dunia atau Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) pada tataran nasional.
Hal serupa terjadi juga pada sector lain, misalnya produk pertanian cenderung beralih dengan tidak menggunakan pupuk kimia tetapi lebih menggunakan pupuk organic. Dengan demikian produknya dikenal sebagai produk organik, kita kenal beras organic, sayuran organic dan buah organik.
Karena perubahan preferensi pasar yang menuntut produk yang lebih berwawasan lingungan, produsen barang-barang manufakturpun berusaha untuk membuat produknya sebagai produk hijau yang lebih ramah lingkungan. Beberapa tahun lalu, ramai kasus mainan dari china yang menggunakan cat yang memakai bahan yang berbahaya. Juga produk olahan susu yang diklaim menggunakan bahan-bahan beracun. Akibatnya produk tersebut harus ditarik dari peredaran. Kekuatan pasar telah mendorong munculnya produk yang lebih ramah lingkungan.

RUMITNYA PEMBUKTIAN
Apakah produk-produk yang mengkalim sebagai produk hijau sudah benar-benar ramah lingkungan dan tidak malah ikut mencemari lingkungan? Ternyata pembuktian itu bukan merupakan sesuatu yang mudah untuk dibuktikan dan dibenarkan secara serta merta.
Misalnya Goleman (2009) mengatakan bahwa untuk membuat stoples diperlukan bermacam-macam bahan yang dalam prosesnya masing-masing juga memberikan pengaruh terhadap lingkungan, bukan hanya produk akhirnya saja. Lebih dari ratusan bahan yang dibuang ke air dan lebih dari 50 unsur yang dibuang ke tanah selama proses pembuatan produk akhir yang bernama stoples tersebut. Lebih dari 200 bahan diemisikan ke udara. Soda kaustik misalnya menyumbang 3% bahan yang berbahaya bagi kesehatan dan 6% berbahaya buat ekosistem. Artinya pada dasarnya tidak ada industri yang menghasilkan produk yang mutlak hijau tapi hanya relatif hijau. Ini barangkali yang lebih tepat, oleh karena itu kata Goleman penggunaan istilah eco-friendly tidaklah tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar