Tahun 80an, ada Skenario Hari Kiamat atau "Doomsday Scenario" yang disusun oleh Pak Wiharso dari Departemen Pertambangan saat itu, yang memperkirakan terjadinya krisis energi akibat habisnya minyak bumi. oleh karena itu munculah ide perlunya mengembangkan energi alternatif yang berasal dari energi terbarukan (renewable energy)terutama energi biomassa atau energi kayu (wood energy). Saat itu direktorat Jenderal kehutanan sebagai anggota aktif dalam Komite Nasional Indonesia-World Energy Committee (KNI-WEC) segera memfokuskan penelitiannya pada masalah energi biomasa dan mendorong pengembangan penanaman jenis kayu bakar antara lain jenis tanaman Kaliandra (Calliandra spp). Saat itu, lokasi penanaman yang relatif besar terdapat di daerah Toyomarto, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Setelah itu program energi alternatif tersebut lenyap begitu saja, bak hilang ditelan bumi. Tanaman kaliandra di daerah Malang pun sudah berganti menjadi tanaman pertanian pangan, juga tanaman kaliandra ditempat lainpun berangsur hilang. Jenis kaliandra saat ini hanya dikenang sebagai tanaman kayu bakar dan di beberapa tempat masih bertahan sebagai tanaman inang dalam kegiatan perlebahan.
Tahun 2000an ketika minyak bumi mencapai harga sekitar 100 USD per barrel, timbul lagi kerinduan akan perlunya energi akternatif. Pemerintah mulai mengintroduksi tanaman jarak pagar (jathropa) ramailah wacana pengembangan tanaman jarak berskala besar. Tapi akhir-akhir ini tanaman jarak mulai hilang dari perbincangan nasional, kemudian muncul jenis nyamplung (Callophyllum inophylum) yang dianggap sebagai alternatif energi yang menjanjikan. Bahkan TNI telah memanfaatkan ymapkung sebagai pengganti dan kmplemen minyak diesel untuk peralatan tempurnya, walaupun masih dalam skala terbatas. Upaya penelitian untuk penyempurnaannya masih terus dilakukan. Namun demikian, animonyapun nampak menyurut.
Sementara Korea Selatan dan Jepang yang nampaknya memproklamasikan negaranya sebagai negara yang menggunakan energi hijau (Green Energy) akan menjadi negara yang memiliki energi alternatif yang berasal dari biomassa (bioenergy). Untuk mewujudkan cita-citanya mereka menggandeng beberapa negara berkembang termasuk Indonesia untuk menyediakan kayu sebagai bahan baku energi biomas tersebut. Saat ini Korea Selatan saat ini memiliki kilang pelet kayu di Wonosobo sebagai bahan baku energi terbarukan yang produk peletnya diekspor ke negaranya.
Nah, Indonesia walaupun memiliki lahan yang luas dan punya berbagai jenis tanaman yang menghasilkan energi, nampaknya akan segera ketinggalan oleh negara-negara lain yang justru bekerjasama dengan kita. Ini dikarenakan tidak adanya konsistensi yang ditunjukkan oleh ketiadaan komitmen jangka panjang yang dituangkan dalam bentuk program Energi Terbarukan Nasional yang solid dengan tahapan yang jelas serta komitmen pendanaan yang pasti, baik untuk penelitian maupun untuk pengembangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar