Selasa, 19 Oktober 2010

HILANGNYA RASA EMPATI

Ada pepatah yang berbunyi: sudah jatuh tertimpa tangga. Artinya musibah yang datang beruntun yang menimpa seseorang. Banyak kejadian pada saat dimana seseorang terkena musibah,tidak dibantu oleh temannya malah disukurin. Misal, ada orang tertabrak motor, alih-alih dibantu malah diomelin. "Sukurin lu, itu sih gak patuhi aturan lalu lintas". Tentu tak ada yang salah dengan statemen tersebut. tapi dalam konteks terjadinya kecelakaan, yang sepatutnya perlu dilakukan adalah menolong korban dan bukan menyalahkan korban.

Dalam hal tersebut yang diperlukan adalah 'empati', yaitu perlunya ada kepekaan untuk merasakan masalah orang lain. Menurut Kamus Amerika, empati atau memahami perasaan orang lain adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami perasaan dan kesulitan yang dihadapi orang lain. Ternyata rasa itu umumnya sudah mulai luntur, artinya rasa empati tersebut cenderung makin menurun.

Mengapa rasa empati tersebut bisa menurun atau bahkan hilang? Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, pertama,orang tersebut memang tidak peka, terlalu individualistis, selfish atau memiliki sikap yang acuh tak acuh. Tentu saja tipe orang ini memang bisa digolongkan menjadi manusia yang asosial. Kemungkinan yang kedua,orang tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk menolong atau bahkan menduga bahwa pasti sudah ada orang lain yang akan menolong korban. Ketiga, orang tidak berempati mungkin memiliki kaitan kepentingan dengan seseorang yang sedang terkena musibah. Misalnya ketika pesaing mengalami musibah, orang yang merasa disaingi malah cenderung senang bahkan kalau perlu ikut membuat pesaingnya lebih menderita. bukan empati yang muncul. Seringkali orang berkenderungan berpendapat bahwa posisi atau kedudukan adalah kekuasaan yang harus direbut at all costs.

Alangkah indahnya hidup ini apabila seseorang justru ikut berempati ketika pesaing mengalami musibah. Dia berusaha keras untuk meringankan beban yang sedang dihadapi pesaingnya, bukan justru menambah kesulitannya. Inilah model persaingan yang bermartabat yang lebih didasarkan kapasitas dan kemampuan. Dan model inilah yang harus kita kembangkan dimasa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar