Kadang-kadang kita sebagai bos, agak merah kuping ketika seorang anak buah mengkritik kita dalam suatu rapat terbuka. Apakah kita akan bereaksi negatif seperti marah atau positif dengan berterima kasih, maka akan tergantung pada beberapa hal antara lain tingkat kematangan pribadi, gaya kepemimpinan, kondisi psikologi dan seterusnya.
jadi bos seringkali membuat orang merasa berkuasa, karena pada dasarnya anak buah pasti akan segan. Seringkali rasa segan ini kemudian berubah menjadi rasa takut, ketika bos mulai menggunakan kekuasaannya untuk menekan anak buah. Membuat staf menjadi seperti bodoh adalah hal yang dengan mudah dilakukan antara lain dengan selalu memarahi staf atas segala hasil pekerjaannya. Marah, menyalah kan dan tidak memberi apresiasi pada staf yang dilakukan secara konsisten dan sistematis pada akhirnya akan menyebabkan hilangnya motivasi dan munculnya perasaan tidak mampu.
kalau kita memiliki gaya kepemimpinan seperti itu kita akan banyak kehilangan kesempatan yang baik, karena anak buah akan segan memberi masukan, karena takut dimarahi dan tentu menghindari hal itu terjadi, karena malu dengan kawan sejawat atau bahkan anak buahnya, apalagi bila bos suka sekali memarahi orang di muka umum. Staf menjadi takut dan bukan segan dan mereka akan bahagia dan senang sekali kalau bos tidak ditempat. Sementara bos juga tidak bisa belajar dari anak buah yang seringkali memiliki kemampuan praktis yang tidak kita miliki. Hubungan kerja menjadi kurang nyaman dan yang juga penting diingat, jangan-jangan kita malah menjadi rentan terhadap serangan stroke.
Buat bos atau calon bos, perlu diingat beberapa hal seperti: perlukah marah-marah? Jikalau tanpa marah kita malah sudah bisa menyampaikan pesan atau memotivasi dengan efektif. Perlu malu kah untuk mengakui bahwa kita pun perlu belajar dari staf? Apakah kita termotivasi hanya untuk sekadar menunjukkan bahwa sebagai bos bisa menyulitkan staf atau kita perlu membangun sinergi dengan memotivasi mereka untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan memberi apresiasi kepada mereka manakala mereka melakukan hal yang positip atau membesarkan hati kalau mereka melakukan kesalahan karena ketidak tahuan mereka? Atau memang kita termasuk dalam kelompok yang suka mematikan kesempatan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar