Selasa, 28 Desember 2010

TERJEBAK DI XIAN MEN

Pengalaman perjalanan ini terjadi di negara Cina ketika mengikuti pertemuan Megaflorestais pada bulan Juni 2010 di kota kecil bernama Wuyishan di propinsi Fujian, RRC. Ceriteranya saya harus pulang duluan karena ada rapat penting di tanah air, oleh karena itu saya percepat perjalanan ini.

Dari tempat pertemuan di Wuyishan saya berangkat ke bandara diantar seorang anggota panitia lokal dengan kemampuan bahasa Inggris yang minimal. Setelah sekitar 30 menit samoailah saya di bandara dan langsung cek ini. Semua sepertinya berjalan lancar, gadis di konter cek ini sudah memberi bording. Namun saya tiba-tiba dipanggil oleh petugas konter dan bording pesawat diminta kembali. Ceriteranya dalam bahasa cina yang diterjemahkan secara terbata-bata, mengatakan bahwa e-tiket saya tidak muncul di layar monitor konter cek in. Nah mulai lah saya di lempar ke meja duty manager yang alhamdulillah tidak bisa berbahasa Inggris. Diapun tidak bisa memberi solusi apapun, selain terus ngoceh tanpa saya mengerti. Bagaimana itu bisa terjadi tidaklah jelas, akan tetapi pada detik-detik terakhir akhirnya saya mendapat juga bording pesawat. Namun begitu sayapun tidak mendapat kartu bording untuk pesawat terusannya. Artinya saya harus ngurus sendiri di Xian Men.

Bandara Xian Men lumayan besar dan dengan hanya waktu tersisa dari keluar pesawat untuk mengejar pesawat berikutnya yang kurang dari 1 jam. Plus mencari-cari konter cek-in yang memusingkan ketika tidak seorangpun yang bisa berbahasa Inggris. Nah, ketika saya temukan konter nya ternyata saya sudah tidak bisa lagi ikut pesawat tersebut, kecuali bila tanpa bagasi. Akhirnya terpaksa saya harus menginap semalam di Xian Men untuk meneruskan perjalanan pada keesokan harinya. Saya segera minta alamat hotel pada konter airlines setelah merubah jadual tiket. Dengan baik hati dia menuliskan dua alamat hotel di bandara dalam huruf cina. Dengan berbekal secarik kertas, saya berkomunikasi dengan supir taksi untuk mengantarkan saya ke salah satu hotel yang tertera pada tulisan itu. Tidak terlalu jauh hanya 10 menit saja dari bandara.

Nah kesulitan mulai muncul lagi ketika resepsionis hotelpun tidak bisa berbahasa inggris. Dengan bahasa tubuh yang sederhana, saya katakan perlu satu kamar untuk menginap. Resepsionis hanya senyum dan berbicara bahasa cina yang tentu saya tidak mengeri, akhirnya saya minta dia telpon ke bosnya. Lalu telpon itu diberikan pada saya. Ternyata orang itu menganjurkan saya datang ke hotelnya, karena tidak begitu jelas juga inggrisnya yang terjadi salah komunikasi juga. Karena saya bilang saya sebenarnya sudah dimuka resepsionis. Adu argumen di telpon ternyata melelahkan untuk suatu masalah yang sepele tapi saling tidak mengerti apa yang dimaksud lawan bicara. Karena lebih dari 20 menit berdiri di depan resepsionis, akhirnya saya putuskan menuju hotel yang satunya. Alhamdulillah di hotel kedua ini, yang jauh lebih baik, resepsionisnya juga lebih bisa berbahasa Inggris sehingga lancarlah urusan menginap tersebut. Namun demikian, dengan segala kerumitan soal bahasa, selera untuk melihat-lihat kota pupuslah sudah.

so what? Jangan berjalan sendiri di negara-negara yang hurufnya bukan latin dan tidak ada-kata dalam bahasa Inggris yang terpampang, menjadikan perjalanan kurang menyenangkan apalagi hanya transit semalam. Perlu ada teman, dalam hal mengikuti rapat internasional, pastikan pengantarnya bisa berbahasa Inggris. Pastikan soal tiket sebelum berangkat ke bandara, diskusi sama orang yang tidak mengerti bahasa yang kita pakai sangatlah melelahkan dan bisa membuat kita frustasi. Belajarlah percakapan dasar bahasa setempat yang mungkin akan berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar